Pengantar penulis

Menulis itu berat, biar aku saja yang melakukannya. Kalian tinggal baca aja :)

Saat ini fesbuk menyediakan ruang 'kenangan'. Disaat saya membuka akun ini, disodori beberapa kenangan-kenangan saya--kebanyakan berupa foto. Tertanggal: pada hari sekian, waktu sekian, jam sekian dan detik sekian. Batinku, fesbuk sepertinya begitu perhatian dengan kenangan-kenangan kita, sehingga dengan pedulinya; ia mengingatkan.

Masa lalu, adalah sebuah tamparan yang dulu pernah dilalui. Kenangan tidak untuk dikenang, tetapi dijadikan sebagai mozaik lukisan yang sudah kita mainkan--atas kehendak Tuhan. Siapa sih yang tidak ingin mengingat kenangan?

Beberapa waktu lalu, ketika sedang berkumpul bareng sama teman yang pernah mondok, kenangan kembali dibuka. Bagaimana kisahnya dulu ketika di pesantren. Saya pun sama menceritakan kisah hidup tatkala menjadi seorang santri, sampai sekarang pun juga alhamdulillah masih 'nyantri'. Hidup di pesantren dengan sejuta kisah dan kenangan telah menjadikan aku tahu apa arti 'barokah', apa arti 'persahabatan', apa arti 'silaturrahim', apa arti 'antri dan barmu', dan apa saja yang sebelumnya tidak aku ketahui, menjadi tahu.

Kenangan-kenangan itu pasti ada baik-buruknya. Tidak semua kenangan itu indah. Seperti halnya, kenangan yang ditampilkan di akun fesbuk ini. Dan fatalnya, jika kenangan yang ditampilkan itu ketika masih bersama sang mantan. Tertawa bersama, ngobrolin masa depan, kesana-kemari saling perhatian, maka, sebab itu, jangan kamu tulis kenanganmu di ruang ini, karena, selamanya akan mengabadi. Sungguh, fenomena akhir zaman.


Jogja, 22-10-2015



Leave a Reply