Pengantar penulis

Menulis itu berat, biar aku saja yang melakukannya. Kalian tinggal baca aja :)

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang pemimpin. Menjabat atau didaulat menjadi seorang pemimpin atau pimpinan bukanlah hal yang baru di kehidupan saya. Dan praktiknya pun tidaklah mudah, banyak tantangan yang musti dihadapi. Seperti yang pernah saya alami. Dulu, saya pernah menjadi pimpinan di beberapa media kampus. Yah, jelek-jelek gini alhamdulillah pernah menjadi pemimpin redaksi di LPM IDEA Fak. Ushuluddin IAIN Walisongo (yang sekarang jadi UIN) dan di Buletin Syamela, salah satu buletin berbahasa Arab yang paling produktif kala itu. Ciyee.

Tidak hanya itu, saya juga pernah memimpin dalam ajang kompetisi madings antar angkatan di FUPK (yang tidak tahu FUPK, tanya mbah google ya..hehe). Walaupun dalam kompetisi itu saya dan teman-teman seangkatan meraih silver winner, alias juara dua. Singkatnya, apa yang saya dapatkan disaat memimpin banyak media tersebut? Ya, pelajaran hidup. Terutama bagaimana cara survive disaat banyak tekanan dan pertanyaan; kapan terbit?. Mungkin, suatu saat nanti aku ditakdirkan oleh Tuhan menjadi CEO Founder di autadfoundation kali ya..hehehe. Amien. Ngayal aja ah, kan ya gak bayar..heuheuheu

Ada banyak tipikal pemimpin. Saya sendiri ketika pertama didapuk menjadi pemimpin redaksi di LPM IDEA, saya masih awam, bagaimana kinerja yang harus saya perbuat dan gerakan apa yang bisa membuat LPM ini tetap hidup dan produktif dengan banyak karya dan kerja nyata. Karena LPM ini mewadahi seluruh keluhan yang dialami oleh mahasiswa, baik beasiswa macet, sengkarut politik kampus, pembagian dan pencairan dana di UKM yang bermasalah, dan lain-lain.

Tentu berbeda ceritanya ketika saya menjadi pemimpin di Newsletter-nya UKMI Nafilah (pada Buletin Syamila). Isu-isu yang diangkat atau disorot adalah tema-tema global, tidak hanya ruang lingkup kampus an sich, akan tetapi apa yang menjadi isu hangat atau kekinian. Misalnya; tentang kekerasan atas nama agama, perkembangan sastra Arab, gerakan pemikiran mahasiswa; antara yang liberalis, fundamentalis, dan lain-lain.

Dari kedua media itu ada banyak persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan yang paling menonjol adalah; sama-sama tidak dibaca..heuheuheu. Gimana coba? Yang rapat redaksi adalah tim redaktur sendiri, yang cetak sama yang bedah majalah/buletin pun orangnya itu-itu juga. Paling, mahasiswa yang dapat majalah/buletin hanya dilihat gambar-gambarnya doank, habis itu jadi bungkus kacang..hahaha. Tetapi, prosesnya bro, bikin setengah stres, bahkan predikat mahasiswa tua siap disandang. Kayak saya dulu, alhamdulillah lulus semester 10..hehehe hastag #BANGGA :D

Setelah saya pelajari, sampai saat ini, saya itu termasuk pemimpin (leader) tetapi belum tentu manager. Saya bisa mengatur dan memproduksi ide, bahkan menggerakkan massa, tetapi belum tentu saya bisa mengelola dan mengontrol massa dengan baik. Kalau di dunia bisnis, kata mbak Alissa Wahid, putrinya Gus Dur, saya ini tipikal pemimpin yang cocok menjadi seorang pebisnis (bisnismen). Beda loh ya antara pebisnis dengan pengusaha (entrepreneur). Kalau pebisnis itu orang yang pintar membaca peluang sedangkan pengusaha pintar mengatur peluang. Kurang lebih seperti itu.

Seperti dulu ketika saya membuat majalah IDEA dengan tema Kiamat, hampir seratus persen tidak ada tulisan saya, kecuali yang wawancara (salah satunya saya sendiri yang nranskrip) dan pada halaman-halaman muka, semacam sambutan dari awak redaksi. Oleh para senior, saya dikritik habis-habisan. Mana tulisanmu, tad? Kok nggak ada. Apalagi ditambah tampilan majalah yang kayak Majalah Bobo, banyak gambarnya..hahaha. Hashtag #CUEK

Waktu itu saya menyadari kesalahan saya, tetapi setelah saya pikir-pikir, nggak jugak sih ya, emang, pemimpin itu harus nulis apa? misalnya kamu jadi CEO Alfamart, apakah kamu yang harus kulakan barang daganganmu untuk semua outlatemu? Atau, apakah kamu harus menjadi kasirnya dan jaga barang daganganmu? Kan, enggak. Semua itu bisa dikerjakan oleh orang lain atas kendalimu. Iya enggak?

Namun, setelah penerbitan majalah edisi KIAMAT itu, saya kembali mengevaluasi diri. Dan pada terbitan selanjutnya, saya banyak terlibat langsung dalam penulisan. Ikut nulislah karena banyak dapat kritikan dan masukan. Terutama pada halaman-halaman awal, banyak diisi oleh tulisan saya..hehehe. Namun, setelah saya pelajari, langkah saya ini termasuk otoriter. Karena seharusnya tugas tersebut saya pasrahkan kepada tim redaksi, tidak harus oleh pimred. Ya, saya memang tipikal sulit mempercayai kerjaan kalau tidak ada keseriusan dari tim, dan terpaksa, saya ambil alih sendiri kerjaan itu.

Memang, dalam seni memimpin, ada banyak tipikal kepemimpinan. Ada seorang pemimpin yang kerjaan-nya nyuruh saja tetapi ia sendiri tidak mau bekerja. Ada juga pemimpin yang bisa menjadi leader atau koordinator, tetapi dia tidak mampu menggerakkan massa, seakan-akan dia yang malah bukan pemimpin-nya, karena dia banyak disuruh oleh bawahan-nya. Itu tipe pemimpin yang bisa menggerakkan massa tetapi kacau dalam sistem manajerial-nya, ia tidak tahu, setelah ini ngapain. Ada juga pemimpin yang bagus dalam sistem manajerial-nya, menyapa dan mengetahui keluhan bawahan-nya, dan tepat dalam mengambil kebijakan. Dan yang terakhir itu yang tidak banyak dimiliki oleh seorang pemimpin. Pertanyaannya, kamu tipe mana?

Semua itu ada dalam pribadi kita masing-masing. Tentu, kita bisa membentuk-nya hingga pada level pemimpin yang mampu mengatur sistem dan mengambil kebijakan yang bijak dan matang dalam menentukan keputusan. Oleh sebab itu, harus diasah secara terus menerus. Mengutip Gene Wade, pendiri CEO Universitynow, pemimpin adalah seorang pendatang dengan ide-ide baru dan mampu menggerakkan organisasi/komunitas dengan berpikiran maju. Ia juga selalu bisa menginspirasi serta menjadi panutan/contoh banyak orang.

Kalau di dalam bahasa Inggrisnya, biar keliatan keren; “leadership is defined as the purposeful behavior of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good”. Termasuk di sini, dalam status-status saya di facebook, terkadang saya mampu menginspirasi jutaan kaum mustadh’afin (baca: Jomblo), dari bagaimana cara menertawakan dirinya dalam kesendirian. Bahkan, pernah ada sebuah pesan singkat di BBM yang meminta dan memohon kepada saya agar berkenan menjadi pimpinan Thariqat al-Munfaridiyyah Al-‘Akutiyyah..hahaha.


Jogja, 9 Juni 2015. Di ruang perpus pusat lantai 2 depan fotocopy.



Leave a Reply