Tuhan, sudah sekian kali aku
berucap syukur atas tanggal kelahiranku. Namun, hal itu tak sebanding dengan
rahmat dan belas kasihmu kepadaku. 24 tahun silam aku dilahirkan dari rahim
seorang ibu yang penuh kasih sayang. Beliaulah wanita yang—pada waktu
itu—berjuang mati-matian seusai 9 bulan mengandungku. Terimakasih-ku, Kau telah
menitipkanku kepada sosok yang tepat; tidak menelantarkanku ketika aku kecil,
apalagi dibuang seperti kasus liputan di tv-tv itu.
Beliau-lah sosok yang
pertama kali memberikan pelajaran kepadaku bagaimana mengeja huruf “a-i-u-e-o,
alif, ba’, ta’, tsa’, jim, dal” hingga aku bisa merangkai kata seperti ini.
Tidak menjadi ummiy (lagi). Darinyalah aku belajar mencinta, belajar mengasihi
keluarga, sahabat dan tetangga. Darinya aku diajarkan bahwa hidup ini tak lain
adalah “perjuangan dan do’a”. Tanpa perjuangan akan menjadi sia-sia, tanpa do’a
tak akan ada senjata yang bisa merobohkan asa.
Pada waktu aku dilahirkan di bumi ini, sudah fitrahnya engkau memberikanku
tanggungjawab, sebagaimana makhluk-Mu yang bernama Adam ‘alaihissalam. Engkau
menciptakan-ku dari unsur (saripati) tanah liat, lalu engkau hembuskan ruh suci
yang itu ternyata bagian dari-Mu. Wajar saja bila malaikat tunduk dan mau bersujud kepada Adam,
atas nama-Mu, atas perintah-Mu. Karena Engkau sesungguhnya sudah menyatu
menjadi bagian dalam tubuhku ini. Dalam sabdamu, “Wa nahnu aqrabu ilayhi min
habl al-warid” [Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya] (50:
16). Dulu, kata-kata seperti itu juga aku temukan di dinding-dinding pesantren
yang selama 6 tahun aku di sana. “Tuhanku lebih dekat daripada urat nadiku”.
***
Pasti, di tanggal ini,
akan banyak ucapan-ucapan serta hadiah yang bagaimana aku tidak bisa
membalasnya satu persatu. Di tanggal ini pula, adakalanya yang tahu lewat
pemberitahuan (notifikasi) dinding fesbuknya. Ada juga yang tanggal ini sudah
merasuk di dalam sanubarinya; 28 februari. Atau, ada juga yang sudah beberapa
bulan yang lalu, dengan sengaja men-set up alarm hpnya hingga berdering
memunculkan tulisan; “my inspiration, my beloved friends, happy birthday”. Ada
banyak cara memang seseorang dalam memberikan kejutan kepada saya. Atas nama
pribadi, saya mengucapkan banyak terima kasih. Dan sekali lagi, terimakasih
atas do’a-doanya.
Saya pun ikut balik
mendo’akan kalian. Supaya yang jomblo segera mendapatkan pasangan, setelahnya
biar disegerakan; ijab-qabul. Biar menjadi pasangan yang sah dan berkah. Agar
harapan yang sudah kau gantungkan tidak menjadi luka yang menyejarah. Dan yang
belum kelar tugas akhirnya supaya dipermudah. Hingga menjadi sarjana, yang
dalam pernyataan imam Al-Ghazali disebut; Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri
(seseorang yang Tahu (mempunyai ilmu), dan dia Tahu kalau dirinya itu Tahu).
Sehingga ilmunya itu bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga
untuk orang lain. Amien.
Dan yang lagi ngejar
beasiswa ke luar maupun dalam negeri, semoga hasil maqsud. Cita-citanya
tercapai. Yang penting, kalo cair jangan lupa ngajak makan-makan saya, oke.
hehehe. Dan do’a-do’a yang lain biar nanti dijawab sama Tuhan saja..hehehe.
***
Hidup terus berjalan.
Tiada hentinya kita selalu berproses menuju kesempurnaan. Mari terbang
setinggi-tingginya tanpa menjatuhkan yang lain. Mari menikmati proses ini
dengan segala skenario yang tak terduga dari-Nya. Kehidupan kita memang tidak
seperti Peekey (dalam film PK) yang dengan remot kontrolnya, ia bisa pergi dari
bumi, menghindar dari masalah. Tetapi perjalanan ini adalah petualangan yang
mendewasakan, mungkin bisa seperti Pekeey atau jauh lebih rumit dari Peekey.
Terpenting adalah proses. Sebagaimana proses perjalanan Pekeey yang penuh liku mencari
remot kontrolnya yang hilang. Belum lagi ketika cintanya bertepuk sebelah
tangan. Namun, apapun itu, selalu ada jalan untuk meraihnya kembali, meskipun
dengan orang yang berbeda.
Yang pasti, ada cinta
sejati yang bisa kita raih kapanpun. Tinggal menekan tombol, sebagaimana yang
sudah diajarkan olehmu sedari kecil dulu. Di sanalah hakikat kehidupan. Dan di
sanalah tujuan mengapa kita lahir di dunia. Kita bisa berasyik masyuk
dengan-Nya, mencurahkan isi kegalauan kita selama ini, tinggal menekan 2-4-4-3-4—itulah
sebenarnya hakikat dari perjalanan..
Catatan hidup Muhammad
Autad An Nasher.
Yogyakarta,
28-02-2015